Kelurahan Bahari dahulu merupakan wilayah yang ramai, dikunjungi banyak orang, termasuk tukang dari Jawa. Mereka membuat rumah warga bergaya arsitektur Gresik
Kelurahan Bahari adalah salah satu wilayah pesisir di Pulau Tomia. Dahulu, wilayah tersebut ramai oleh banyak pendatang.
Namun, kini daerah bekas pasar Usuku itu kini banyak ditinggal pergi oleh para penduduknya.
Saya menelusuri sejarah kampung pesisir di Pulau Tomia ini dari tahun 1940-an.
Bahari dahulu disebut Tai yang bermakna laut dalam Bahasa Indonesia.
Pada tahun 1940, kawasan merupakan bentangan pasir putih, ditumbuhi banyak pohon kelapa serta alang-alang dan pohon Hora.
Belum ada rumah permanen yang bisa ditinggali kala itu, yang ada hanya sebuah bangunan kayu berupa warung kecil yang kerap dijadikan tempat istirahat para palangke (pelayar) dan para Pande Fangka (tukang perahu).
Warung kayu itu berlokasi di sebelah barat tangga menuju pelabuhan Bahari saat ini. Warung tersebut dinamai warung Ama La Made.
Berdirinya warung tersebut banyak dipicu oleh keberadaan awak perahu yang sering ramai menjahit layar perahu di sekitar tanah kosong dekat tangga pelabuhan.
Juga daerah di sekitar warung berlantai tanah itu sering dijadikan tempat sabung ayam, jadi kawasan Bahari kala itu selalu dipenuhi para laki-laki.
Bermula dari warung Ama La Made ini, kawasan Bahari berkembang. Warung-warung lainnya lalu menyusul, misalnya warung Aba Wabi Isa dan Ama Haji Adam yang diperkirakan berdiri pada tahun 1948.
Setelah itu Haji Jaris membuat rumah panggung, tepatnya disamping masjid Haji Jaris saat ini. Keberadaan rumah panggung tersebut disusul rumah panggung lainnya.
Haji Arabu (86) menjelaska bahwa rumah Haji Jaris berada di belakang Masjid yang sekarang di sebut Masjid H. Ja’aris.
“Itu tahun 1950-an,” kata Haji Arabu.
Keramaian Bahari juga diisi oleh para pelayar yang sibuk membikin dan memasang layar di perahu mereka yang terparkir di pantai.
“Banyak pelayar di Bahari itu. Di sana juga ada area taji (sabung ayam),” jelas pelayar kelahiran 1936 itu.
Di samping itu, semaraknya pembangunan di Bahari tidak luput dari banyaknya sumur galian yang menjadi sumber air warga.
Bukan hanya warga Bahari yang kemudian menggunakan sumur tersebut, melainkan warga yang tinggal di bagian atas (Usuku dan sekitarnya).
Sehingga tercipta banyak akses jalan menuju Bahari yang dikenal saat ini dengan sebutan Kabumbu.
Sumur selalu ramai dipadati oleh masyarakat untuk beragam kegiatan seperti mencuci pakaian, mandi, dan mengambil air buat kebutuhan hidup.
Namun, karena merasa kesusahan setiap hari harus pulang pergi ke Bahari, maka masyarakat dari bagian atas kala itu berinisiasi untuk mendirikan rumah di Bahari agar keperluan air bersih semakin mudah diperoleh.
Bangunan Arsitektur Jawa

Pada tahun 1968 pembangunan Bahari mulai mengarah ke bangunan beton. Saat itu semua bahan bangunan diperoleh dari tanah Jawa, diangkut menggunakan perahu layar.
Ada berbagai jenis material yang didatangkan seperti semen, bata merah, atap serta perlengkapan bangunan lainnya, bahkan tukang bangunannya pun dari pulau Jawa.
Haji Arabu mengatakan bahwa orang Jawa ini didatangkan oleh para pelayar.
“Ada juga yang datang itu karena menyiarkan agama islam,” ujar Haji Arabu.
Karenanya jangan heran kalau bangunan pemukiman lama di Bahari bergaya arsitektur Jawa, khusunya bangunan dari Gresik, Jawa Timur.
Wa Alufi (64) bercerita ada tetangganya yang ikut berlayar ke pulau Jawa sesampainya di pulau Jawa ia melihat rumah yang modelnya persis rumah orang tuanya di Bahari.
“Wa Maafia, tetangga saya itu, melihat rumah di dekat tempat Tauke-nya di Gresik, terus saat ia tiba di sini, ia bilang kepada saya kalau ada rumah yang mirip dengan rumah orang tua kami,” ujarnya.
Rumah atau bangunan yang dimaksud tersebut terletak di lingkungan bahari barat jalan bawah, tepatnya di ujung jalan bagian barat.
Walau separuh bangunannya telah berubah bentuk, bangunan tersebut masih berdiri kokoh dan masih jelas gaya arsitektur Gresik-nya.
Bangunan tersebut berlantai dua, pada pilar teras depan terdapat tahun pembangunannya bertuliskan tahun 1968 dicetak permanen menggunakan bahan semen. Pada lantai dua tampak depan berjendelakan kaca.

Selain bangunan tersebut masih banyak bangunan lainnya yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Setiap bangunan tersebut memiliki ukiran, pernak-pernik dari pecahan kaca yang menghiasi dinding depan, serta ada beberapa bangunan tua terdapat lukisan timbul berbahan dasar dari semen.
Bangunan-bangunan tersebut dilengkapi dengan daun pintu jendela kuno serta lubang angin-angin pada setiap jendela.
Bahari dahulu menjadi kawasan yang ramai. Di sana juga kemudian terbentuk pasar.
Tidak jelas kapan waktu terbentuknya pasar tersebut. Kuat kemungkinan karena ia berada di dekat pelabuhan.
Pasar tersebut banyak dikunjungi warga, bahkan warga dari pulau lain.
Sayangnya sekarang banyak bangunan tersebut sudah tak dihuni. Ada yang sudah meninggal dan tak lagi diurus oleh anaknya.
Banyak dari sang pewaris bangunan sudah tinggal di bagian atas (Usuku atau tempat lainnya). Banyak juga yang merantau dan sudah memutuskan menetap di kota.
Kawasan Bahari kini jadi kelurahan. Namun, warganya mulai pindah dan tak ada lagi orang atau pasangan muda yang mau tinggal di sana.
Salah satu faktornya, di Bahari tak ada lagi lahan kosong dan pusat keramaian telah berpindah ke Usuku.
Semenjak pasar dipindah ke lapangan Usuku, pembangunan warga lebih mengarah ke arah utara atau ke arah puncak.
Lalu, pembangunan pelabuhan baru yang digencarkan, terus membuat Bahari ditinggal pergi. Tak ada lagi yang membangun rumah di pinggir laut. Para penghuni yang tersisa di Bahari kebanyakan adalah orang tua.
Hi there
Do you want to get backlinks from domains that have tons of ranking keywords?
https://www.monkeydigital.co/semrush-backlinks/
Attention music lovers!
Wow, All the best Sax Summer music !!!
Spotify: https://open.spotify.com/artist/6ShcdIT7rPVVaFEpgZQbUk
Apple Music: https://music.apple.com/fr/artist/jimmy-sax-black/1530501936
YouTube: https://music.youtube.com/browse/VLOLAK5uy_noClmC7abM6YpZsnySxRqt3LoalPf88No
Other Platforms and Free Downloads : https://fanlink.to/jimmysaxblack
Get back into the groove with Jimmy sax Black
Best regards,
Jimmy sax Black
http://www.jimmysaxblack.com