ilustrasi ritual puasa Suku Bajo, Sumber: Film Th Mirror Never Lies/Youtube
ilustrasi Suku Bajo, Sumber: Film Th Mirror Never Lies/Youtube

Artikel ini mengulas perihal ritual puasa Orang Bajo di Wakatobi saat Bulan Ramadan

Bulan Ramadan menjadi momen yang memperlihatkan intensitas ibadah warga pulau di Kabupaten Wakatobi, tak terkecuali Suku Bajo.

Dalam bukunya Islam Bajo: Agama Orang Laut, Benny Baskara menuliskan bagaimana Orang Bajo menjalankan ritual di bulan ramadan ini.

Benny menjelaskan bahwa identitas spiritual Orang Bajo di Wakatobi (tepatnya di desa Mantigola, Kaledupa dan di desa Mola, Wangi-Wangi) berada dalam perpaduan dua keyakinan.

Keyakinan itu adalah keyakinan pada penguasa laut yang mereka sebut sebagai Mbok Ma Dilao, dan keyakinan mereka sebagai muslim.

Hal ini terlihat kemudian dalam struktur masyarakat Orang Bajo yang dipimpin oleh dua tokoh, yakni apa yang mereka sebut sebagai Sanro atau seorang yang merepresentasi keyakinan pertama, dan tokoh yang mereka panggil sebagai Imah Kampuh atau imam kampung.

Singkatnya, dalam menjalani aktivitas spiritualnya Orang Bajo berada di antara kelindan dua keyakinan tersebut. Harmonisasi, kata Benny, menjadi kunci dalam setiap laku Orang Bajo.

Sambut Bulan Ramadan

Ketika tiba bulan Ramadan, Orang Bajo di Wakatobi akan menyambutnya dengan meriah. Dua hari sebelum tiba bulan Ramadan, mereka menggelar doa bersama.

Biasanya dilaksanakan di salah satu rumah. Di sana warga akan membuat beragam hidangan mulai dari nasi, ikan, dan kue-kue. Menariknya, hidangan-hidangan itu disajikan di dalam piring-piring yang lalu ditata menjadi persegi panjang.

Di sisi persegi panjang itulah warga akan duduk berdoa. Sementara di ujung hidangan akan ada Imah Kampuh yang bertugas memimpin ritual. Di sana Imah Kampuh akan membacakan doa selamat.

Awal Puasa

Sebelum ada teknologi, dalam menentukan waktu sahur dan buka puasa, Orang Bajo memakai tanda-tanda alam.

Waktu sahur misalnya, mereka memerhatikan kemunculan bintang besar bernama Mamau. Jika Mamau sudah tampak, maka mereka akan makan sahur.

Untuk buka puasa, mereka akan memperhatikan matahari tenggelam dan ayam yang naik ke sarangnya untuk tidur.

Ritual Puasa

Benny mencatat bahwa ketika bulan puasa berlangsung agak lama, tampak beberapa Orang Bajo mulai tak berpuasa. Berbagai alasan mereka, mulai mesntruasi bagi perempuan dan bagi laki-laki ada yang mengaku tidak kuat lagi.

Namun, ada yang menarik dicatat Benny lewat wawancaranya dengan narasumbernya yakni tentang puasa 3 hari yang diyakini Orang Bajo.

Menurut keyakinan ini, puasa itu tidak perlu 30 hari melainkan 3 hari saja pada awal bulan sudah cukup. Namun, dengan catatan bahwa puasa tersebut harus benar-benar menjaga 9 lobang dalam diri.

“lobang ini antara lain mulut, dua lubang telinga, dua lubang hidung, dua lubang mata, lubang alat kelamin dan lubang anus,” tulis Benny dalam bukunya.

Ritual puasa lain yang dikemukakan Benny adalah tentang adanya keyakinan beberapa Orang Bajo perihal puasa 40 hari, yakni 10 hari sebelum bulan Ramadan dan 30 hari selama bulan Ramadan.

Kendati demikian, menurut Benny, sulit melacak siapa saja yang melakukan praktik puasa tersebut. Karena, ibadah puasa merupakan hal yang sifatnya pribadi.

Qunu’ dan Kajiri

Qunu’ dan Kajiri merupakan gelaran doa selamat atau doa meminta berkah di Bulan Ramadan. Qunu’ diadakan warga pada hari ke-15 Bulan Ramadan, sementara Kajiri dilakukan pada hari ke-27 Bulan Ramadan.

Dalam ritual Qunu’ dan Kajiri ini warga akan membopong berbagai makanan dari rumah mereka dalam satu loyang besar. Mereka membawanya ke rumah Imam atau ke Masjid. Dalam prosesnya, ritual ini banyak melibatkan perempuan dan anak-anak.

Makanan-makanan itu akan mendapatkan doa imam atau kalau di masjid akan diberi doa oleh imam besrta para tetua yang hadir.

Doa yang dibaca imam akan berlangsung cukup lama. Hal ini karena banyak jenis doa yang dibaca. Doa biasanya akan dimulai dengan Assalamualikum ya Bani Adam, Alaikum salam ya Bani Hawa.

Setelah itu akan dilanjutkan dengan doa kepada nabi pada hari pelaksanaan ritual. Menurut Orang Bajo, setiap hari memiliki nabinya sendiri, yakni Jumat itu Nabi Muhammad, Sabtu Nabi Musa, Minggu Nabi Isa, Senin Nabi Daud, Selasa Nabi Sulaiman, Rabu Nabi Yaqub, dan Kamis Nabi Adam.

Setelah melakukan doa, warga pulang dan menunggu waktu berbuka untuk menyantap makanan tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here