Kondisi merupakan budaya minum baru anak-anak muda Tomia yang di dalamnya terkandung banyak makna. Salah satunya dia menjadi simbol ikatan sosial
Kondisi. Bagi orang Tomia, terutama anak muda sekarang, kalau dengar kata itu, akan terbayang pada satu minuman racikan yang kerap disuguhkan jika tengah berkumpul. Yup, betul, Extra Joss+ Susu+Es Batu atau Josua.
Jika tengah kongko-kongko, habis kerja bakti atau olahraga, atau sekarang kalau main gim online bersama (mabar), Josua pasti selalu nangkring di tengah-tengah, menjadi bagian dari aktivitas anak-anak muda itu. Rasanya kalau kumpul tanpa Kondisi, kayak ada yang kurang begitu.
Kemunculan minuman Kondisi ini tentu erat kaitannya dengan budaya-budaya populer yang diciptakan anak-anak muda Tomia. Sebagaimana budaya populr lainnya, Kondisi ini bukan hanya sekadar benda sekunder, atau hanya sekadar minuman pemanis yang sifatnya pelengkap. Saya melihat dalam makna yang lebih dalam, bahwa Kondisi memiliki peran dan posisi yang lebih dari itu, terutama dalam konteks ruang sosial anak muda kontemporer
Artikel ini berangkat dari pertanyaan sederhana sebenarnya. Kenapa aktivitas minum minuman racikan macam itu memakai kata Kondisi dan dari mana asalnya? Dan kenapa dia menjadi bagian dari anak muda? Dari pertanyaan-pertanyaan itu kemudian berkembang pertanyaan bahwa bagaimana Kondisi berperan dalam ekosistem anak muda?
Makna kata Kondisi
Saya menduganya dengan yakin bahwa Kondisi merupakan kata serapan dari bahasa Indonesia. Sukar untuk memastikan siapa yang pertama kali memperkenalkan atau memakai kata itu menjadi sebutan untuk minuman energi campur susu tersebut. Namun yang jelas adalah kata tersebut tumbuh di kalangan anak muda Tomia dan menjadi tradisi populer.
Kalau kita lihat KBBI, Kondisi memiliki dua arti, yakni (1) persyaratan, (2) keadaan. Dua-duanya adalah nomina atau kata benda. Dari makna kata itu, kalau mau dianalisa atau diimplementasikan secara sederhana ke kegiatan atau ke Kondisi yang kita sedang maksud ini, maka dua-duanya punya hubungan langsung.
Makna pertama, Persyaratan. Kondisi yang kerap dilakukan anak-anak muda ini memang kerap kali menjadi persyaratan atau syarat atau sesuatu yang harus ada dalam salah satu aktivitas mereka. Makna ini membawa kita pada fenomena-fenomena yang sudah lama melekat pada perkembangan peradaban manusia. Bahwa dalam satu aktivitas atau ritual yang dilakukan manusia selalu menyuguhkan minuman.
Ini sebenarnya mirip dengan penjelasan pada minuman-minuman di dalam upacara-upacara tua dalam manusia jaman dahulu dan manusia jaman sekarang yang kemudian kita kenal sebagai upacara adat dan semacamnya. Perilaku ini di jaman dahulu dilakukan sebagai persembahan untuk Tuhan atau para dewa, utamanya sebagai bentuk rasa terima kasih.
Aktivitas macam ini diuraikan oleh para akademisi sebagai bagian dari budaya minum atau drinking culture yang akan saya jelaskan lebih lanjut di bawah.
Ritual menjadi kata kunci yang kemudian kita bisa membedah makna kedua yakni, keadaan. Aktivitas atau ritual yang memungkinkan Kondisi ada di dalamnya adalah yang erat hubunganya dengan keadaan senang dan bahagia. Maka makna kedua sebenarnya lebih merujuk pada keadaan anak muda yang tengah senang sehingga mereka melakukan dan menyediakan Kondisi. Atau kalau dipandang dari sisi sebaliknya, jika ada Kondisi di tengah-tengah anak muda, itu berarti menandakan mereka tengah merayakan sesuatu. Dengan kata lain, Kondisi merupakan simbol kebahagiaan. Contoh misalnya, kalau ada kawan yang baru tiba dari rantauan, ketika dia hendak ke tongkrongan kawan-kawannya di kampung, maka yang mesti dilakukan adalah Kondisi.
Bagian dari anak muda
Minuman racikan dan anak muda punya hubungan yang sangat erat. Keterkaitan antara keduanya disatukan oleh beberapa kecenderungan. Pertama,kecenderungan psikologis. Saya menduga faktor-faktor macam eksistensi diri, kebebasan berkekspresi, mencoba sesuatu hal yang baru, pencarian jati diri, dan berbagai hal sejenisnya merupakan bagian dari anak muda yang kemudian memicu untuk bereksperimen dan berkreasi. Dalam konteks minuman, di sinilah kemudian alasan kenapa anak muda menciptakan Josua, karena mereka tengah berkreasi dan bereksperimen. Mereka ingin sesuatu yang berbeda, yang menonjol dan diakui.
Kecenderungan kedua adalah adanya faktor eskternal yang mempengaruhi. Dalam hal ini adalah faktor kemasan dan citra produk. Saya melihat produk yang dijadikan Kondisi, yakni Extra Joss berusaha dikemas untuk selalu menarik perhatian anak muda, terutama laki-laki.
Jika ditelisik, Extra Joss adalah produk yang punya unsur memikat anak muda sejak pertama kali dia meluncur ke publik tahun 1995. Identitasnya sebagai minuman berenergi dan slogan bergeloranya: “Laki, Minum Extra Joss” adalah unsur paling seksi yang bisa mengundang gairah anak muda. Bagi pemuda, laki-laki terutama, di tengah kerentanan dalam mencari jati diri (psikologis) dan pengaruh lingkungan yang patriarkal, mereka butuh sesuatu yang menjembatani naluri atau nafsu maskulin mereka. Maka diadopsilah Extra Joss.
Extra Joss diperkenalkan melalui televisi. Produk ini konon diluncurkan sudah dari tahun 1994 dan terus berkembang hingga saat ini. Varian dari produk ini pun ada berbagai macam, dan melibatkan tokoh-tokoh muda yang menjadi public interst yang kemudian menjadi selebriti dan budaya populer yang disembah anak muda.
Kondisi dan Budaya Minum
Budaya minum sebenarnya masih masuk dalam faktor atau kecenderungan yang melandasi eksistensi Kondisi di kalangan anak muda. Namun, di sini saya memilih untuk menjadikannya sub judul tersendiri mengingat pengaruhnya yang kuat dan panjang.
Dalam persepektif budaya, eksistensi Kondisi di tengah ruang sosial sebenarnya bukanlah hal yang baru. Kondisi menjalin dan mempertemukan anak-anak muda dalam satu lingkaran yang kuat, dan itu merupakan sifat kultural dari minuman. Saya meminjam argumen Sumirat Lohjati dalam bukunya “The Art of Drinking” yang menyebutkan bahwa minum merupakan pekerjaan yang paling tua, dia sama tuanya dengan usia manusia di muka bumi. Dia menjadi bagian kultural peradaban manusia.
Kendati Lohjati merujuk pada minuman Tuak (palm wine), tetapi unsur-unsur budaya yang melandasinya persis apa yang terjadi pada Kondisi saat ini. Bahwa ketika sedang melakukan Kondisi misalnya, di sana terjadi interaksi, di sana orang-orang saling bercerita, saling tertawa dan bekerja atau bermain bersama.
Lalu setelah itu, terbentuk ikatan sosial seperti persahabatan yang erat dan solidaritas. Selain itu, akan muncul rasa-rasa berbagi kebahagiaan, permisif jika tidak terlibat minum, simbol kesetaraan, gambaran kebersamaan dan lain sebagainya.
Nilai-nilai tersebut merupakan bagian dari apa yang disebut sebagai budaya minum atau drinking culture yang sudah terbentuk sejak lama dalam catatan sejarah manusia. Budaya minum sendiri merupakan padanan kata yang menggambarkan bagaimana aktivitas minum, terutama minuman fermentasi seperti alkohol, membentuk pola-pola kontrol sosial dan perilaku kolektif.
Budaya minum ini terjadi di berbagai negara dan bangsa, dan telah menempati posisi kultural yang kuat. Di bangsa Yunani bahkan ada dewa Dionysus yang merupakan dewa anggur yang disembah dengan cara pergi ke hutan dan berkumpul untuk menari dengan meminum arak sampai mabuk.
Lalu di Indonesia, catatan tentang budaya minum tersebar ke berbagai pelosok daerah. Bahkan sumber-sumber tertua menyebutkan budaya minum, terutama minum Tuak sejak ada sejak abad ke-10. Paling banyak ada di daerah pesisir.
Antropolog Universitas Indonesia, Raymond Michael Menot meyebutkan kebiasaan minum banyak ditemukan pada masyarakat pesisir, lebih tepatnya di daerah dengan kondisi udara yang berangin. Menurut Raymond, minuman fermentasi tersebut erat hubungannya dengan bagaimana cara masyarakat beradaptasi dengan iklim.
Di daerah pesisir seperti Wakatobi, minuman fermentasi tersebut terbuat dari nira kelapa. Minuman ini dikenal sebagai Tuak kelapa. Teknik pembuatan atau pengolahan air bunga kelapa tersebut berasal dari Tiongkok.
Minuman beralkohol tersebut juga konon katanya, selain digunakan sebagai persembahan untuk raja, juga di sisi lain dijadikan minuman hiburan yang kemudian membentuk kebersamaan. Ini terbukti kalau kita nonton film kolosal, para prajurit di sela istirahat perang, selalu mabuk-mabukan. Jadi, sejak lama budaya minum erat dengan energi, gairah, dan kelaki-lakian.
Di jaman sekarang, memang minuman beralkohol masih ada, tetapi terjadi berbagai macam perubahan. Kini pakai merek, pakai brand, dikemas dan lain sebagainya. Terlepas dari itu, dia masih sering digunakan sebagai bentuk perayaan, oleh anak muda, laki-laki tentunya.
Kondisi memiliki kemiripan. Seperti yang saya jelaskan panjang lebar di atas. Maka, dia mungkin saja merupakan gejala lain dari budaya minum atau mungkin juga bisa mejadi tradisi minum baru di kalangan anak muda.
Di masa depan Kondisi bisa jadi akan masuk menjadi bagian penting dari kebiasaan atau ritual wajib anak muda. Dan, kita tahu siapa yang akan untung, perusahaan yang produksi Extra Joss, mereka punya langganan tetap bahkan dijadikan kultus.
A lot bigger than I imagined it wouⅼd ƅe and hіgh-quality.