Heandu Titi-titi: Identitas yang perlu diwariskan
Alat pijat tradisional macam Heandu Titi-titi kini merupakan identitas Orang Tomia yang perlu diwariskan kepada anak muda.

Alat pijat tradisional macam Heandu Titi-titi merupakan identitas Orang Tomia yang perlu diwariskan kepada generasi muda.

Saat ini saya bersama kawan-kawan di Hengge Gallery tengah berjuang. Berupaya memperkenalkan kembali alat pijat tradisional masyarakat Wakatobi yang dulu sangat populer. Namanya Heandu Titi-titi, sebuah alat pijat tradisional sederhana yang nyaris terlupakan.

Heandu titi-titi bagi kami, layaknya identitas sosial orang Wakatobi yang lainnya, ia patut mendapatkan perhatian serius dan upaya menjaganya agar tidak digerus oleh zaman. Ibarat tenun khas, atau bahasa daerah, alat pijat tradisional pun demikian, ia dapat menjadi elemen simbolik pembeda orang Wakatobi di manapun mereka berada.

Dalam bahasa Tomia Heandu titi-titi berarti alat pijat berbentuk payudara (Titi-titi berarti payudara, sedangkan Heandu bermakna alat pijat). Alat pijat ini sederhana, ia hanya berbahan dasar kayu, ukurannya satu sampai dua jengkal orang dewasa, bentuknya terdiri dari dua gundukan menyerupai payudara wanita, dengan jarak antar gundukan kurang lebih tiga atau empat jari.

Secara teknis penggunaan Heandu titi-titi tak memiliki tata cara tertentu, cukup meletakkannya di bawah anggota tubuh yang terasa pegal, kemudian ditekan secara perlahan hingga beberapa menit, dan tentu saja dilakukan secara berulang. Posisi terbaik adalah dengan menggunakannya sambil berbaring.

Dahulu, jauh sebelum mesin-mesin menguasai kampung-kampung di Tomia, hampir pada setiap rumah kita bisa menjumpai teknologi pijat ini. Selain karena cara membuatnya yang terbilang cukup mudah, alat pijat ini juga sangat ringan, ia bisa dibawa ke mana pun. Mama-mama kadang terlihat menggunakannya di gode-gode sembari berisitirahat dan bersendagurau dengan tetangga.

Dalam penelusuran saya, para pengguna setia Heandu Titi-titi adalah beberapa rumpun keluarga, terutama mereka yang telah berumur. Menarik menyimak obrolan saya dengan mereka bahwa orang-orang ini menganggap Heandu Titi-titi masih belum bisa tergantikan. Bukan karena mereka menolak perubahan zaman, akan tetapi para pengguna Heandu titi-titi percaya, alat dari para leluhur itu hingga sekarang masih tetap mujarab mengobati pegal-pegal yang mereka derita.

Dari beberapa kali melakukan observasi dan wawancara, ada satu pertanyaan yang selalu berulangkali saya lontarkan kepada informan, yakni soal mengapa bentuk alat pijat yang mereka buat harus berbentuk payudara Wanita. Tetapi hasilnya tetap nihil, tak ada satupun alasan yang saya dapatkan soal bentuk, selain informasi umum soal fungsi dan tonjolan pada alat pijat tersebut.

Mereka umumnya berpendapat bahwa desain berbentuk payudara ini bertujuan memberi titik fokus, pada titik saraf yang pegal atau nyeri, itulah alasannya kenapa bentuknya dibuat menonjol. Hal ini juga dapat menjangkau titik saraf secara sempurna saat tubuh menekan kedua gundukan tersebut. Sedangkan celah diantara kedua gundukan tersebut berfungsi sebagai pelindung tulang punggung saat digunakan pada bagian tubuh bagian belakang.

Upaya Melestarikan

Dari sekian banyak upaya kami menghidupkan memori soal penggunaan Heandu titi-titi, salah satu jalan yang kami pilih adalah menggunakan Heandu titi-titi sebagai souvenir khas yang kami tawarkan pada wisatawan. Upaya ini tentu saja kami lakukan dengan menaikkan value (nilai) produk yang kami jual, dari yang sekedar fungsional menjadi produk yang juga bernilai estetik, semisal memberikan aksen desain berupa ukiran menggunakan teknik lukis bakar atau pyrograff.  

Jadi jika anda berminat mencoba Heandu Titi-titi, atau berniat menjadikannya sebagai buah tangan setelah berwisata di Kepulaun Wakatobi, silahkan berkunjung di Galeri kami, tepatnya di Kelurahan Bahari Timur, Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here