Kepercayaan ghaib yang selama ini terjadi di tengah kehidupan sosial Orang Tomia ternyata bisa memelihara lingkungan
Saya masih ingat sekitar 20-an tahun lalu di Tomia ada tempat atau pohon-pohon besar di pinggir jalan yang dipercaya ada makhluk halus sebagai penunggunya. Kata-kata seperti “pia-pia, ane’e kene tungguno na kau iso” atau “tau karaka te manga i tampa maiso,” seringkali saya dengar.
Karena itu, warga Tomia tidak berbuat sembarangan di tempat tertentu atau dinsektar pohon yang berpenghunikan makhluk halus itu.
Itu dulu. Sekarang warga Tomia semakin banyak yang “berpendidikan”. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan makhluk halus sebagai penunggu pohon tidak lagi mendapat tempat dalam kehidupan warga Tomia. Artinya, kepercayaan-kepercayaan begitu mulai pudar, dianggap tidak masuk akal, syirik dan bahkan mungkin dianggap hanya sebatas mitos.
Kalau saya tidak salah ingat dunia gaib itu sifatnya irasional. Artinya, ia bukan tidak masuk akal, tetapi ia sulit dijangkau oleh akal sehat.
Saya kira, benar tidaknya pendapat tersebut, cukup diserahkan pada masing-masing orang. Lagian, tulisan ini bukan untuk mengajak pembaca supaya percaya pada “dunia lain” itu. Di sini, saya sekedar menulis sisi lain dari kepercayaan purba yang mestinya kita tahu, menurut saya sih.
Sependek yang saya tahu, ketika pohon-pohon besar ditebang hawa panas bakal terus meningkat. Dalam bahasa ilmu biologi, oksigen yang dihasilkan oleh pohon-pohon rindang nan rimbun itu akan habis jika ditebang sampai gundul.
Ramainya kampanye aktivis lingkungan agar menjaga alam tetap hijau merupakan respon dari sangking berkurangnya lahan hijau. Maka jangan heran kalau bumi semakin panas.
Jangankan kota-kota industri seperti Surabaya, Sidoarjo dan Gresik, suhu di Tomia saja, yang notabene adalah kampung yang tidak ada satupun pabrik, makin hari tambah panas to ?!
Kemudian pohon-pohon besar juga merupakan sumber debet air. Entah bagaimana detail proses pohon menghasilkan air, silahkan Googling sendiri. Yang jelas, kalau semua pohon ditebang, persediaan air bakal menipis.
Dulu di Longa, Tongano Barat, Tomia Timur, ada pohon Nunu (Beringin) di atas pimpi (tebing), persis di bawahnya ada sumber mata air (te’e fulu-fulu). Suatu waktu, pohon Nunu itu ditebang dan beberapa hari kemudian aliran te’e fulu-fulu berkurang, tidak sederas ketika pohon Nunu masih ada. Ini fakta dan warga Longa di sekitar te’e fulu-fulu menyaksikannya sendiri.
Sampai di sini tentu kita bertanya, apa hubungan makhlus halus penjaga (tunggu) pohon-pohon besar dengan meningkatnya suhu panas dan berkurangnya debet air? Secara langsung memang tidak ada.
Tetapi kalau kita mau berpikir lagi, adanya kepercayaan pada makhluk halus setidaknya membuat kita takut untuk menebang pohon-pohon besar. Tidak membabi-buta menebang pohon.
Sederhananya, kita masih punya etika terhadap lingkungan. Sebab, tanpa sadar makhluk-makhluk halus itu membuat kita menghormati lingkungan sebagai pemenuhan hajat hidup warga Tomia.
Masih belum yakin dengan penjelasan di atas? Lihatlah pohon-pohon rindang di sekitar kuburan keramat (Koburu Karama) atau Mo’ori. Pohon-pohon tersebut bertahan sampai hari ini lantaran ada kepercayaan yang begitu melekat di seluruh warga Tomia bahwa Koburu Karama itu sakral sehingga siapapun yang berani menebang di situ maka siap-siap menerima bala.
Akhirnya, jika kita ingin membangun istana di tengah hutan, sebaiknya jangan merusak pohon-pohon di sekelilingnya. Wallahu a’lam.
👍👍👍 setuju ka🤭
menarik tulisannya